[OPINI] Oleh : Dewi Puspita Sari, S.S – Guru Bahasa Indonesia
Manusia hidup berdampingan dengan perubahan sepanjang masa. Sebelum mengenal tradisi tulis manusia menyebarkan pengetahuan dan berbagai macam informasi dengan tradisi lisan atau yang dikenal dengan istilah “dari mulut ke mulut”. Setelah mengalami perkembangan pengetahuan, manusia mulai menuliskan tradisi dengan menggunakan huruf-huruf. Karya sastra yang awalnya anonim kini telah banyak dicetak dan disebar luaskan untuk dinikmati banyak pembaca. Jika membandingkan dulu dan sekarang pastinya banyak perubahan yang terjadi, termasuk dalam hal berliterasi. Anak-anak generasi Z rata-rata tidak menggemari tradisi baca dan tulis secara sistematis.
Minat baca pelajar justu menurun pasca Covid-19 menyerang. Pelajar SD yang tiba-tiba lulus secara daring faktanya tak dapat menulis dan membaca secara lancar ketika berada di SMP. Hal tersebut bukan hanya terjadi di salah satu sekolah melainkan banyak sekolah di area Solo Raya. Salah satu toko buku terbesar di Solo yakni Togamas tutup pada akhir Juni 2022. Hal tersebut dipicu oleh Covid-19 yang berkolaborasi dengan minimnya minat baca melalui buku fisik. Pasca Covid sekolah di area Solo Raya mengupayakan pembisaan pagi dengan berliterasi. Penulis menilai pembisaan pagi berliterasi tersebut kurang membangun minat pelajar untuk gemar membaca. Pelajar semacam dipaksa untuk senang membaca tanpa menumbuhkan minat baca.
Terputusnya pembelajaran saat Covid-19 membawa dampak yang panjang bagi pelajar SD hingga SMP. Bekal mental yang belum matang, ditambah kondisi zaman yang mengharuskan berdampingan dengan teknologi membuat generasi Z terlena dengan gawai. Generasi tersebut gemar membaca, namun bacaanya adalah “caption-caption” di media sosial. Begitu mereka bertemu dengan buku fisik, mereka terkesan malas membaca. Berliterasi memang bermanfaat, namun berdasarkan observasi generasi Z yang ada di bangku SD dan SMP cenderung tidak tertarik dengan kegiatan membaca dan menulis. Kondisi ini merupakan keprihatinan bersama. Semoga kita semua segera menemukan formula yang tepat untuk menumbuhkan minat baca agar Indonesia benar-benar memiliki generasi emas.